Alanwariyah – Bulan Sya’ban merupakan waktu yang penuh berkah dan menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Salah satu kegiatan penting dalam bulan Sya’ban adalah khutbah yang disampaikan di masjid, mengingatkan jemaah akan pentingnya persiapan spiritual sebelum Ramadhan. Artikel ini akan membahas contoh teks khutbah yang bisa digunakan dalam bulan Sya’ban untuk menyambut Ramadhan 2025.
Memahami Pentingnya Khutbah Menyambut Ramadhan
Khutbah adalah bagian penting dalam ibadah Jumat dan juga pada berbagai kesempatan lainnya, termasuk dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Khutbah tidak hanya sekadar penyampaian pesan, tetapi juga menjadi sarana untuk mengingatkan umat Islam tentang kewajiban-kewajiban agama dan pentingnya persiapan dalam menjalankan ibadah.
Khutbah yang disampaikan pada bulan Sya’ban memiliki makna yang sangat penting. Ia menjadi wahana untuk mengingatkan umat tentang kedatangan bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan ampunan.
Melalui khutbah ini, imam mengajak jamaah untuk mempersiapkan diri dengan baik, baik secara fisik, mental, maupun spiritual agar dapat menjalani bulan Ramadhan dengan penuh keberkahan.
Struktur Khutbah
Khutbah biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Khutbah Pertama (Pembukaan): Bagian pertama dari khutbah yang biasanya berisi pengantar, pengingat tentang kewajiban umat Islam, serta pesan-pesan relevan yang dapat meningkatkan keimanan jemaah.
- Khutbah Kedua (Penutupan): Bagian kedua dari khutbah yang berisi doa, permohonan ampun, serta nasihat-nasihat penting tentang apa yang harus dilakukan setelah khutbah selesai.
Contoh Teks Khutbah Bulan Sya’ban Menyambut Ramadhan 2025
Berikut adalah contoh teks khutbah yang dapat digunakan pada bulan Sya’ban untuk menyambut Ramadhan 2025:
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْنِي نَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ, بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum Muslimin Jamaah Jum’ah yang Berbahagia
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam, yang dengan kasih sayang-Nya menghidupkan dan mematikan, meninggikan dan merendahkan, mengatur segala urusan dengan kebijaksanaan yang tiada tara.
Dia-lah yang melimpahkan rahmat tanpa batas, mengampuni hamba-hamba-Nya yang bertobat, dan menuntun hati yang bersungguh-sungguh mencari jalan kebenaran. Keagungan-Nya tak tertandingi, kebesaran-Nya meliputi segala sesuatu, dan kasih sayang-Nya meliputi setiap makhluk.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, sang pembawa cahaya di tengah kegelapan, manusia agung yang kehadirannya menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Beliaulah teladan sempurna dalam akhlak, puncak ketakwaan, dan cahaya petunjuk bagi umat manusia. Lewat ajaran dan perjuangannya, kita mengenal hakikat kehidupan, memahami makna ibadah, dan mengetahui jalan menuju keridaan Allah.
Di hadapan kebesaran Allah dan di bawah naungan ajaran Rasul-Nya, kita sebagai hamba wajib merenungi dan meningkatkan kualitas ketakwaan.
Terlebih dalam bulan Sya’ban yang penuh keutamaan, momentum ini menjadi pengingat agar kita lebih mendekat kepada-Nya dengan ibadah yang tulus dan amal yang lebih baik.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Sesungguhnya, orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menyadari bahwa dalam hidup ini ada perintah yang harus ditaati, ada larangan yang harus dijauhi, dan ada takdir yang harus diterima dengan keridhaan.
Setiap pekan, kita diingatkan untuk meng-upgrade ketakwaan kita dengan terus berusaha mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Hari ini, kita telah memasuki bulan Sya’ban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kita informasi yang berisi peringatan sekaligus motivasi. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
ذٰلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِـيْ وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadhan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)
Hadis ini bukan untuk membenarkan kelalaian, melainkan sebagai motivasi agar kita lebih semangat dalam beribadah dan tidak menjadi bagian dari orang-orang yang lalai. Kelalaian bukan sekadar lupa atau tidak tahu, tetapi sikap meremehkan atau mengabaikan sesuatu yang telah diketahui.
Banyak di antara kita yang menganggap bulan Sya’ban sebagai bulan biasa, sehingga amalnya pun dilakukan sekadarnya. Padahal, Rasulullah telah menjelaskan bahwa di bulan ini amal perbuatan kita diangkat kepada Allah.
Ada yang lalai karena menganggap bulan ini kurang mulia dibanding Rajab atau Ramadhan. Ada juga yang salah paham, menganggap bahwa bulan ini adalah waktu untuk beristirahat sebelum beribadah maksimal di bulan Ramadhan.
Allah memperingatkan kita tentang bahaya kelalaian dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)
Kelalaian bisa berupa ketidakpekaan terhadap dosa, merasa biasa saja ketika meninggalkan Al-Qur’an, atau merasa tidak bersalah saat mengabaikan panggilan adzan. Salah satu bentuk kelalaian terbesar di bulan Sya’ban adalah tidak memanfaatkan waktu ini untuk memperbanyak amal sholeh.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Di bagian akhir hadis yang kita bahas tadi, Rasulullah menegaskan bahwa beliau ingin amalnya diangkat dalam keadaan berpuasa.
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِـيْ وَأَنَا صَائِمٌ (aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa). Padahal, beliau adalah manusia terbaik, yang amalnya sudah pasti diterima oleh Allah. Lalu, bagaimana dengan kita yang masih penuh dengan kekurangan? Bukankah seharusnya kita lebih bersemangat?
Puasa Sya’ban merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari)
Ibnu Rajab mengibaratkan puasa Ramadhan dan puasa Sya’ban seperti shalat wajib dengan shalat sunnah rawatib. Jika shalat wajib memiliki sunnah qabliyah dan ba’diyah, maka puasa Ramadhan memiliki sunnah qabliyah berupa puasa di bulan Sya’ban dan sunnah ba’diyah berupa puasa enam hari di bulan Syawal.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Sebagian orang mungkin berpikir, “Puasa Sya’ban kan hanya sunnah.” Memang benar, tetapi jika kita ingin benar-benar mengikuti Rasulullah, maka salah satu caranya adalah dengan meneladani kebiasaan beliau dalam beribadah.
Bulan Sya’ban adalah kesempatan untuk membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah dengan mengamalkan sunnahnya. Abu Bakar Al-Warroq Al-Balkhi rahimahullah pernah berkata:
“Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami tanaman, dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen hasilnya.”
Jika di Ramadhan sebelumnya kita merasa kurang merasakan nikmatnya ibadah, mungkin itu karena kita kurang mempersiapkan diri di bulan Rajab dan Sya’ban. Oleh karena itu, jangan sia-siakan bulan Sya’ban ini. Jadikan ia sebagai jembatan untuk menyongsong Ramadhan dengan maksimal.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kadang kita terlalu percaya diri karena merasa sudah berpengalaman menjalani Ramadhan bertahun-tahun. Sikap overconfidence ini bisa berujung pada kelalaian dalam melakukan persiapan. Padahal, tidak ada jaminan bahwa kita akan bertemu dengan Ramadhan tahun ini atau bahkan Ramadhan berikutnya.
Mindset kita tentang bulan Sya’ban perlu diperbaiki. Kita harus membangun tekad untuk mengisi bulan ini dengan amal kebaikan. Salah satu caranya adalah dengan membaca dan mengkaji keutamaan bulan Sya’ban, serta meneladani bagaimana Rasulullah dan para sahabat memanfaatkannya. Dengan memahami keutamaannya, insya Allah akan tumbuh semangat dalam hati kita untuk memperbanyak ibadah.
Maka dari itu, mari kita gunakan bulan Sya’ban ini untuk memperbanyak puasa sunnah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an, banyak beristighfar dan bertaubat, memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, baik dengan keluarga, saudara, maupun teman, dan melatih diri untuk lebih disiplin dalam ibadah, agar saat Ramadhan tiba, kita sudah terbiasa dengan amal-amal sholeh.
Semoga Allah memberikan kita taufik untuk menghidupkan bulan Sya’ban dengan amal yang terbaik. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan sehat dan penuh semangat dalam beribadah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
Do’a Penutup
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ
!!!عِبَادَاللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Kesimpulan
Khutbah menyambut Ramadhan di bulan Sya’ban sangat penting untuk mengingatkan umat Islam akan kedatangan bulan suci yang penuh berkah ini. Melalui khutbah yang penuh nasihat dan doa, umat diajak untuk mempersiapkan diri baik secara spiritual maupun mental, agar dapat menjalani Ramadhan dengan lebih baik. Dengan meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal baik di bulan Sya’ban, kita akan lebih siap menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan ikhlas. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjalani Ramadhan 2025 dengan penuh kesungguhan, sehingga kita dapat meraih kemenangan sejati di sisi Allah SWT.
Artikel ini telah dioptimalkan dengan kata kunci yang relevan seperti “khutbah Sya’ban”, “menyambut Ramadhan”, “persiapan Ramadhan”, dan “doa Ramadhan” agar mudah ditemukan oleh mesin pencari dan sesuai dengan pedoman SEO Yoast serta kaidah Google.